Kamis, 24 Februari 2011

Hedonisme, Budaya yang Menghambat Pertumbuhan Remaja

       Tumbuh kembang seseorang tentu di tentukan oleh daerah sekitarnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan. Di dalam bermasyarakat tentu ada budaya – budaya yang dianut oleh tiap – tiap individu atau kelompoknya, baik itu budaya yang baik ataupun sebaliknya. 

       Sebenarnya kita sebagai remaja yang sedang tumbuh, amat rentan akan budaya – budaya yang merusak masa depan kita. Hal ini disebankan oleh kurang peka nya kita dalam menyaring budaya – budaya yang buruk, sehingga ikut terserap oleh kita. Salah satu contohnya adalah kaum muda remaja dewasa ini lebih suka membaca komik atau main game daripada harus membaca buku-buku bermutu. Bacaan dengan analisis mendalam dan novel-novel bermutu hanya menjadi bagian kecil dari skala prioritas mereka, bahan-bahan bacaan seperti itu hanya tersentuh jika terpaksa atau karena tuntutan akademis.

       Mungkin ada sebagian orang yang berpendapat bahwa ini merupakan bentuk adaptif dari kemajuan zaman. Tapi, itu adalah rasionalisasi. Sebenarnya, kecenderungan manusia sekarang bukan hanya sekedar masalah mengikuti perkembangan zaman melainkan hal ini adalah masalah gengsi dan penghayatan hidup.

       Bukti yang paling mengena adalah televisi, berbagai acara televisi semakin hari semakin jauh dari idealisme jurnalistik, bahkan semakin melegalkan budaya kekerasan, instanisasi, dan bentuk-bentuk kriminalitas. Sebagian tayangan-tayangan tersebut hanya semakin mendangkalkan sifat afektif manusia. Tayangan mengenai bencana alam, kemiskinan, perang, kelaparan, penemuan teknologi, pembelajaran budaya, dan lain sebagainya telah membuat sisi afeksi manusia tidak peka terhadap hal tersebut. Tidak ada proses batin dan intelektual lebih lanjut. Penghayatan nilai-nilai luhur semakin tereduksi.

       Eksistensi kaum muda remaja hanya ditempatkan pada pengakuan-pengakuan sementara, misalnya seorang remaja dianggap eksistensinya ada jika remaja tersebut masuk menjadi anggota geng motor, menggunakan baju-baju bermerk, menggunakan blueberry, dugem, clubbing, melakukan freesex, ngedrugs, dan lain sebagainya. Eksistensi kaum muda remaja hanya dihargai sebatas kepemilikan dan status semata. Jika pendangkalan ini terus dipelihara dan dibudidayakan dikalangan remaja kita, makna dan penghargaan terhadap insan manusia semakin jauh. Hasilnya adalah menghilangnya penghargaan terhadap manusia lainnya, misalnya: perang, pemerkosaan, komersialisasi organ tubuh, trafficking, tawuran, dll. Contoh-contoh ini menjadi indikasi kehancuran sebuah kebudayaan yang dimulai dari pergeseran nilai-nilai budaya di kalangan kaum muda remaja kita. Dampak yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan!

       Kita semestinya tahu bahwa budaya ini tidak akan berguna untuk kehidupan kita di masa depan, malah sebaliknya, budaya ini hanya akan menghancurkan masa depan jika kita terus mengikuti nya. Mulai sekarang sebaiknya kita lebih pintar dalam memilah – milah budaya asing yang masuk ke setikar kita, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.